Statistik

Sonora Radio



Rabu, 20 April 2011

Apa Itu Daktilitas ?

Kita sering mendengar istilah daktilitas, tapi mungkin agak-agak kurang paham apa maknanya. Saya sendiri sebenarnya sedikit “alergi” jika mendengar atau membaca istilah-istilah “asing”, apalagi kalau yang dibaca adalah artikel ilmiah, ditambah lagi jika artikelnya dalam bahasa Inggris. Otak saya akan bekerja 3 kali lebih keras, hehe.

Daktilitas berlawanan dengan kegetasan. Waduh, istilah apa pula tuh? Daktilitas adalah kata benda, kata sifatnya adalah daktail. Sementara lawannya adalah getas (kata sifat) istilah “Londo”-nya brittle, sehingga kata bendanya adalah kegetasan. (kok jadi belajar Bahasa Indonesia ya?)

Anyway, kalau getas jujur saja bagi saya pribadi lebih gampang dipahami. Karena kalau mendengar kata getas saya langsung ingat dengan KERUPUK. Tapi kalau mendengar kata daktail, saya tidak bisa menemukan makanan yang sifatnya daktail (permen karet mungkin iya, tapi saya tidak doyan permen karet), makanya lebih susah memahami daktail daripada getas. :D

Kembali ke topik. Tiap material, khususnya material bangunan setidaknya punya karakteristik yang berbeda jika diberi gaya (beban). Ada yang kuat jika ditekan tapi hancur jika ditarik (misalnya beton). Ada yang kuat jika ditarik, tapi tidak ada apa-apanya jika ditekan (misalnya kabel, rantai, tali, dll), ada juga yang kuat jika ditarik dan ditekan (misalnya profil baja struktural). Dan.. tentu saja ada yang tidak kuat jika ditarik maupun ditekan, misalnya kerupuk.

ELASTIS dan PLASTIS
Konsep ini mutlak harus dipahami dulu. Karena kami bukan ahlinya, maka penjelasan di sini juga diusahakan dalam bahasa “bukan ahlinya”.

Misalnya ada sebuah benda (material), jika diberi gaya (ditarik, ditekan, atau dilenturkan), benda tersebut memanjang, memendek, atau bengkok (berdeformasi). Kemudian gaya tersebut dihilangkan, dan benda tersebut kembali persis ke bentuk dan ukuran semula. Kondisi ini dinamakan kondisi ELASTIS.

Tapi, ada suatu kondisi jika gaya tersebut ditambah besarnya, benda tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk semula. Benda itu sudah dalam kondisi PLASTIS atau INELASTIS.

Dalam kondisi elastis, besarnya gaya berbanding lurus dengan besarnya deformasi. Misalnya kita ambil gaya tarik versus penambahan panjang. Semakin bsar gaya tariknya, semakin besar pula penambahan panjangnya. Dalam pembahasan biasanya digunakan tegangan untuk mewakili gaya (σ = F/A), dan regangan untuk mewakili penambahan panjang (ε = ΔL/L)

Titik waktu pertama kali material tersebut memasuki kondisi plastis disebut Titik Leleh (Yield Stress). Pada kondisi plastis, hubungan tegangan regangan sudah menyimpang jauh dari linear. Diberi tambahan gaya sedikit saja, deformasinya bisa bertambah berlipat-lipat kali dari deformasi elastis.

Jika gaya tersebut ditambah, maka material tersebut bisa putus. Titik ini disebut titik putus, atau titik fraktur (Ultimate Stress).

Daktilitas adalah kemampuan material mengembangkan regangannya dari pertama kali leleh hingga akhirnya putus. Atau, daktilitas bisa juga kita artikan seberapa plastis material tersebut. Semakin panjang “ekor plastis”nya, semakin daktail material tersebut.

Kebalikan dengan daktail, material yang GETAS tidak memiliki “ekor plastis” yang panjang. Malah ada yang sama sekali tidak memiliki “ekor plastis”. Artinya, titik lelehnya sama dengan titik putusnya. Begitu dia leleh saat itu juga dia putus.

MODULUS ELASTISITAS
Modulus Elastisitas biasa disebut juga Modulus Young. Walaupun sebenarnya Modulus Young adalah bagian dari Modulus Elastisitas (sumber: wikipedia).

Modulus Elastisitas (nggak usah diturunkan ya persamaannya), dirumuskan sebagai:
E = \frac{\sigma}{\epsilon}
\sigma  adalah regangan, dan \epsilon  adalah regangan.
Pada grafik hubungan tegangan-regangan, kemiringan kurva elastis menunjukkan besarnya Modulus Elastisitas.

Semakin tegak kurva elastisnya, maka semakin besar nilai E-nya. Sebaliknya semakin landai kurvanya, semakin kecil nilai E-nya.

BAJA
Di antara tiga material utama konstruksi (baja, beton, kayu), baja adalah material yang paling daktail. Tegangan lelehnya tinggi, regangan maksimumnya besar. Modulus Elastisitasnya juga tinggi.

BETON
Beton kebalikan dengan baja. Beton justru sangat tidak daktail. Beton malah sangat getas ketika mengalami tegangan tarik. Sedangkan ketika mengalami tekan, perilaku elastisnya hanya terlihat sekitar 0 – 30% dari kuat tekan beton. Setelah itu tidak elastis lagi. Hal ini konon diakibatkan karena munculnya retak-retak pada saat tegangan sudah mulai tinggi.

KARET
Karet adalah contoh material yang sangat fleksibel (modulus Elastisitas kecil) tapi juga getas. Artinya, begitu mencapai titik leleh seketika itu juga karet itu putus.

Regangan karet bisa mencapai lebih dari 100%, artinya karet dapat memanjang 2 kali (bahkan lebih) dari panjang semula.
Regangan beton (tekan) paling maksimal sekitar 0.3-0.4 persen.
Regangan leleh baja sekitar 0.2 persen, dan regangan putusnya mencapai 15%. (so, kalau anda mau menarik sebuah tulangan baja hingga putus, paling tidak anda harus bisa menarik tulangan tersebut menjadi 15% lebih panjang terlebih dahulu baru kemudian baja itu akan putus)

Kalo digambarkan ketiganya kurang lebih perbandingannya seperti gambar berikut.

KERUPUK
Kebetulan belum ada laboratorium yang mengadakan penelitian tentang hubungan tegangan-regangan dari kerupuk. Mungkin anda berminat?

Dari pembahasan ini akan muncul istilah-istilah lain seperti:

1. Sendi Plastis.
Sendi plastis adalah kondisi ujung-ujung elemen struktur yang semula kaku (rigid) atau terjepit sempurna, kemudian menjadi sendi (pinned) karena material penyusunnya (dalam hal ini baja) telah mengalami kondisi plastis.

Misalnya sambungan balok ke kolom pada awalnya didesain kaku (rigid), namun karena momen tumpuan sangatt besar mengakibatkan semua tulang tarik pada balok mengalami leleh. Jika sudah leleh, tentu sudah tidak elastis lagi.
Gaya gempa yang arahnya bolak balik menyebabkan sisi atas dan sisi bawah balok secara bergantian mengalami tekanan tarik dan tekan yang besar, bahkan dapat membuat beton menjadi retak atau hancur.
Dalam kondisi seperti ini, kekuatan ujung balok bergantung kepada tulangan. Deformasinya (dalam hal ini putaran sudut) menjadi besar, dan ujung balok tidak rigid lagi, alias sudah seperi sendi.

2. Daktilitas Penampang.
Daktilitas penampang adalah kemampuan penampang untuk mengembangkan deformasinya setelah mengalami leleh pertama kali.

Atau bisa disebut juga seberapa lama suatu elemen struktur bisa bertahan dengan kondisi sendi plastis di ujung-ujungnya.

3.Daktilitas Struktur
Daktilitas secara keseluruhan. Khususnya dalam memikul beban lateral (gempa).

Tiga hal ini insya Allah akan dibahas di lain kesempatan. Semoga bermanfaat.[]


Source : http://duniatekniksipil.web.id/

Selasa, 19 April 2011

Teknik Sipil - Universitas Gunadarma

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA



1.PENDAHULUAN

1.1.Umum
Teknik Sipil biasa disebut sebagai teknik bangunan atau teknik prasarana, yaitu salah satu cabang ilmu Teknik yang ruang lingkupnya meliputi perencanaan, perancangan, pembangunan / pelaksanaan, pemberdayaan dan pemeliharaan berbagai macam bangunan. Bangunan yang ditangani oleh Teknik Sipil tidak hanya terbatas pada bangunan tempat tinggal, gedung perkantoran dan industri jasa, tetapi juga bangunan untuk pelayanan umum seperti halnya bangunan untuk pemanfaatan dan pengaturan air (bersih maupun kotor), prasarana angkutan seperti jalan darat, jalan air, jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, dan sebagainya. Bahkan sekarang ini telah berkembang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan aspek pengelolaan aset berupa pemberdayaan prasarana untuk penyehatan dan pelestarian lingkungan, juga tujuan tertentu yang memerlukan bangunan.

Walaupun bangunan merupakan kebutuhan yang tidak lepas dari kepentingan masyarakat luas, sehingga banyak pengaruh masalah sosial dan ekonomi, namun pendidikan Teknik Sipil lebih menekankan perhatiannya terhadap perhitungan tentang kekuatan, daya tahan, efisiensi, dan efektifitas dari berbagai macam bangunan berdasarkan kaidah sunnatullah. Selain itu pendidikan Teknik Sipil mencakup pengetahuan tentang macam dan sifat berbagai bahan bangunan, perhitungan struktur bangunan, menggambar untuk bangunan, pengaruh dinamika lingkungan terhadap bangunan, dampak eksistensi bangunan terhadap lingkungan dan pengetahuan tentang pelaksanaan pembangunan. Selain itu, dipelajari juga tentang analisis ekonomi dan hukum pembangunan, serta analisis bencana alam yang mungkin dapat merusak bangunan.

Perkembangan industri jasa konstruksi yang melaju dengan pesat dan cepat, seiring dengan perkembangan teknologi dan kondisi krisis serta tantangan yang muncul, seperti kecenderungan perekonomian yang berbasis informasi dan kecenderungan teknologi terutama dalam bidang telekomunikasi, transportasi dan tourisme dikarenakan adanya perluasan area industri dan bisnis secara global yang pasti menuntut pengembangan perguruan tinggi di Indonesia untuk dapat berperan aktif dalam memanfaatkan peluang, yaitu dengan mengisi kebutuhan tenaga kerja di pasar global melalui lulusan-lulusannya yang berdedikasi tinggi, berkualitas serta berwawasan global.

Kecenderungan adanya suatu tuntutan dari pasar kerja global tentang penentuan kualifikasi seorang lulusan untuk berpartisipasi di dunia kerja, dari tahun ke tahun semakin selektif dan ketat. Oleh karena itu semua institusi pendidikan tinggi di Indonesia sejak awal sudah harus mampu mengantisipasi dengan melakukan pembenahan diri, mulai dari penguatan program studi, yaitu menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi, memberikan perhatian terhadap peningkatan kualitas mahasiswa (skilled improvement) hingga penempatan kerja lulusannya (job placement).

Di satu pihak, kualitas pendidikan tinggi akan secara eksplisit menjelaskan harapan akan kualitas dan tingkat kompetensi lulusannya, sementara di lain pihak, penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi diharapkan dapat lebih mengarahkan dan membentuk karakter sarjana unggulan yang memiliki kemampuan tinggi dalam mengantisipasi segala perubahan maupun tantangan dalam berkarya di dunia industri jasa konstruksi.

1.2 Khusus

Dengan memperhatikan tantangan-tantangan tersebut, maka Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Universitas Gunadarma merasa terpanggil untuk mengambil langkah-langkah yang tepat guna memajukan dan meningkatkan mutu lulusannya. Dalam hal ini dituntut tersedianya sumber daya manusia yang unggul dan mampu eksis di kancah persaingan global. Oleh karenanya sangat diharapkan bahwa lulusan Departemen Teknik Sipil Universitas Gunadarma memiliki keunggulan berupa bekal ilmu teknik sipil yang luas dan mendalam dilengkapi dengan pengetahuan tentang information technology dan perangkat lunak (software), serta kemampuan berbahasa Inggris yang baik.

Untuk menjawab tantangan itu, telah dilakukan upaya nyata yaitu: meningkatkan kualitas dan kuantitas dosen dengan kualifikasi S-2, tersedianya fasilitas laboratorium yang terdiri atas Lab. Teknologi Bahan, Lab. Mekanika Tanah, dan Lab. Ilmu Ukur Tanah, yang kesemuanya itu menjadi sarana penunjang pendidikan yang sengaja dipersiapkan bagi mahasiswa agar lebih mampu meningkatkan kompetensinya dalam disiplin ilmu yang ditekuninya. Dengan demikian, sumber daya manusia yang dihasilkan oleh Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Universitas Gunadarma diharapkan menjadi Sarjana yang unggul di bidangnya, dan selanjutnya menempatkan Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Universitas Gunadarma sebagai center of excellence untuk ilmu teknik sipil di Indonesia.

Source : http://ftsp.gunadarma.ac.id/sipil/

Daftar Pengunjung