Statistik

Sonora Radio



Kamis, 19 Agustus 2010

Beton UHPC (Ultra High Performance Concrete)

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, karena tuntutan geometris dan metode konstruksi, kian banyak jembatan yang menggunakan beton bermutu dan berkinerja sangat tinggi. Jembatan Akihabara di Jepang menggunakan beton berkekuatan 120 Mpa. Bahkan, Jembatan Sakata Mirai juga di jepang, menggunakan beron bermutu ultra tinggi dengan kekuatan mencapai 180 Mpa (sekitar K2000). Meskipun begitu, teknologi beton di Indonesia tidaklah tertinggal terlalu jauh. "Perkembangan teknologi beton di Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun belakangan ini sangat menggembirakan," kata Dr lr FX Supartono, pakar teknologi beton. Satu yang dapat menjadi parameter adalah proyek jembatan cable stay di perumahan Grand wisata Bekasi. Pylon jembatan terbuat dari beton mutu 60 Mpa (K700) yang dapat memadat mandiri (self compacting concrete) dalam bentuk flowwable concrete. Jembatan Megamall di Pluit adalah contoh lain yang menerapkan beton mutu tinggi balok gelagar (girder) pracetak prategangnya, yaitu berkekuatan 80MPa (K900).

Pada dasarnya beton bermutu tinggi merupakan beton yang memiliki kekuatan tinggi, namun param­eter beton mutu tinggi sangat beragam, tergantung di mana berada. Di Indonesia, beton dengan kekuatan di atas 50 Mpa sudah digolongkan beton mutu tinggi. sementara di Australia, beton berkuatan 200 MPa merupakan hal biasa. Di China, dengan 'menggunakan agregat sintetik, telah ada beton hingga 300 Mpa. Dalam perkembangan konstruksi beton modern, beton dituntut menjadi material konstruksi yang bermutu tinggi sekaligus berkinerja tinggi. Pada beton segar, mudah dalam pengerjaan pengecoran (workable), panas hidrat yang rendah (low heat of hydration), susut relatif rendah pada saat pengeringan, memiliki tingkat waktu ikat awal (acceleration) atau penundaan (retardation) yang baik, serta mudah dipompakan ke tempat yang lebih tinggi, merupakan beberapa tuntutan yang harus dapat dipenuhi beton bermutu dan berkinerja tinggi, yang salah satunya adalah ultra high performance concrete (UHPC).

Oleh karena itu penulisan makalah tentang beton dengan klasifikasi Ultra High Performance Concrete (UHPC) sangat dibutuhkan untuk semakin meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga dapat bersaing dengan beton produk luar negeri.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

a) Apa yang dimaksud dengan Ultra High Performance Concrete (UHPC) ?

b) Apa saja bahan campuran yang digunakan dalam UHPC ?

c) Apa yang dimaksud dengan Packing Density ?

d) Bagaimana standar desain UHPC sebagai bahan struktur ?

e) Apa saja tantangan dalam pengembangan UHPC di Indonesia ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

a) Mengetahui yang dimaksud dengan Ultra High Performance Concrete (UHPC)

b) Mengetahui bahan campuran yang digunakan dalam UHPC

c) Mengetahui yang dimaksud dengan Packing Density

d) Mengetahui standar desain UHPC sebagai bahan struktur

e) Mengetahui tantangan dalam pengembangan UHPC di Indonesia

1.4 Metode Penelitian

Penulisan makalah ini menggunakan metode browsing pada internet.


PEMBAHASAN ISI

2.1 Teknologi Beton Ultra High Performance Concrete (UHPC)

Beton konvensional yang pada saat ini digunakan dalam dunia konstruksi adalah beton yang sebenarnya masih mempunyai potensi kekuatan yang sangat besar. Dengan kekuatan beton normal sebesar 30 – 40 MPa, kita membutuhkan material yang cukup banyak untuk satu proyek konstruksi. Apabila kita menaikkan kekuatan beton sehingga dua kali lipat, maka volume material yang diperlukan akan berkurang hingga setengah dari keadaan awal dan biaya untuk mendapatkan beton tersebut, pun tidak sampai dua kali lipatnya.

Beton dengan kuat tekan tinggi sudah dapat dibuat dengan adanya teknologi bahan kimia yaitu superplasticizer yang ditambahkan pada beton sehingga partikel semen yang biasanya cenderung untuk mengumpul (flocculate) dapat terdispersi dengan seragam dan kebutuhan air dapat dikurangi sehingga rongga udara dalam beton dapat dikurangi dan kekuatan beton akan meningkat.

Pada saat ini dengan adanya penelitian di bidang teknologi beton, telah didapatkan beton Ultra High Strength (UHS) dengan kekuatan yang lebih dari 150 MPa. Metode untuk mendapatkan beton generasi terbaru dari beton dengan kinerja yang ultra tinggi adalah dengan pembuatan beton extra padat dengan memberikan pengisi berupa partikel yang berukuran mikro dan modifikasi material semen dengan polymer sehingga terjadi material bebas cacat makro (Macro Defect Free (MDF)).

Pemadatan dengan menggunakan partikel mikro bersandar pada konsep particle packing. Pada konsep ini diterapkan bahwa untuk mendapatkan beton yang sekuat-kuatnya, penyusunan partikel dalam campuran harus diatur agar didapatkan rongga yang paling sedikit. Penggunaan superplasticizer membuat partikel semen, dengan ukuran sekitar 10 micron, dapat terpadatkan dengan lebih seragam, mengurangi porositas yang biasanya terdapat dalam beton konvensional dan meningkatkan kekuatannya.

Konsep particle packing ini dapat ditingkatkan dengan memberikan partikel dengan ukuran yang lebih kecil dari 1 micron, untuk mengisi rongga yang masih tersisa, misalnya dengan silica fume atau metakaolin. Dan jika partikel ini juga bersifat pozzolanik, maka peningkatan kekuatan tambahan akan terjadi dengan adanya air kapur bebas dalam campuran beton. Dengan peningkatan kepadatan yang terjadi, porositas dalam beton yang saling terkoneksi akan berkurang dan menyebabkan beton lebih kedap terhadap air dan material perusak lainnya sehingga beton ini menjadi lebih tahan lama.

Ultra-high Performance concrete adalah beton generasi baru yang mempunyai karakteristik sebagai material yang sangat padat dengan kuat tekannya bisa mencapai antara 150 MPa sampai dengan 250 MPa. Beton baru ini memungkinkan diciptakannya struktur beton yang ramping, ringan, disamping dapat menghemat energi dan bahan alam. Kepadatan UHPC yang tinggi memberikan pula keuntungan bahwasanya UHPC ini mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap serangan zat cair ataupun gas yang berbahaya. Tidaklah mengherankan bahwa para peneliti lebih suka menggunakan istilah ultra-high Performance dibandingkan ultra-high Strength.

Dasar ide pembuatan UHPC adalah meningkatkan apa yang disebut dengan term “Packing Density” dari matrix semen dan mengurangi secara ekstrim water cement ratio sampai dengan 0.2. Untuk itu, campuran UHPC berbeda dengan campuran beton normal, yaitu ditinggalkannya penggunaan agregat kasar dan halus berukuran makro, sebagai gantinya digunakan agregat yang sangat halus dengan rentang ukuran nanometer. Kuat tekannya yang tinggi berkorelasi dengan sifat UHPC yang getas (brittle), tetapi dengan penulangan ataupun penambahan serat baja yang tepat akan tetap dapat diperoleh struktur UHPC yang bersifat daktail dengan struktur yang ramping, tetapi dapat memikul beban sekuat baja.

Perkembangan UHPC dimulai di Perancis, yang saat itu disebut sebagai Reactive Powder Concrete (RPC), sekarang dikenal sebagai produk premix UHPC dari DUCTAL atau DENSIT, dengan ukuran maksimal agregat 1mm. Kegiatan penelitian UHPC diberbagai Negara selama satu dasawarsa ini menghasilkan diketemukannya berbagai mix design yang menggunakan bahan-bahan lokal, tanpa bergantung pada industri tertentu.

Pada Dasarnya prinsip teknologi beton UHPC adalah sama seperti pada beton normal, dimana kita mencari susunan gradasi ukuran butiran yang dapat mengisi ruang kosong pada matrix semen ini. Yang membedakannya adalah pada perencanaan campuran UHPC berbasis Teknologi Nano, dimana ukuran butiran yang digunakan dalam rentang nanometer (disingkat nm). Melalui pemilihan gradasi butiran halus ini akan diperoleh kepadatan per satuan volume (Packing Density) sangat tinggi. Gambar 1 adalah contoh dari gradasi ukuran butiran yang dipakai untuk mix design dengan kode M 1Q dan B 3Q yang kembangkan oleh Prof. Schmidt di Universitas Kassel Jerman.


Gambar 1.

Grafik ukuran partikel dan kumulatip persentasi (% Vol) dari masing masing partikel untuk desain campuran UHPC tipe M1Q dan B3 Q sesuai [1]

Campurannya terdiri dari butiran-butiran sangat halus terletak pada ukuran submikroskopis, yaitu: mikrosilika berukuran antara 0.05 – 0.8 m, tepung Quartz dan semen berukuran 10 m – 60 m, pasir halus berukuran 500 m – 1250 m.

Dalam merancang perencanaan campuran untuk UHPC yang dikembangkan oleh Prof. Schmidt ada 5 hal pokok yang membedakan antara campuran UHPC dengan beton konvensional, yaitu:

1. Ditinggalkannya penggunaan agregat kasar (10 mm - 35 mm) pada campuran beton, sehingga hanya digunakan agregat halus, yaitu pasir halus (quartz sand) dengan ukuran 0.125mm/0.50mm.

2. Digunakannya dalam campuran agregat yang sangat halus yaitu tepung Quartz yang berukuran dalam rentang nanometer, antara 16 – 90 μm

3. Seperti halnya penggunaan tepung reaktif mikrosilika pada beton mutu tinggi, maka mikrosilica pun digunakan pada UHPC agar diperoleh CSH reaksi kedua.

4. Sama seperti halnya pada teknologi beton SCC (Self Compacted Concrete), maka UHPC pun menggunakan superplatisizer terutama tipe Polycarboxylatether (PCE). UHPC yang rasio air dan semennya ekstrim kecil, memerlukan superplastisizer agar beton segar mudah dikerjakan.

5. Digunakannya serat baja halus mutu tinggi agar diperoleh sifat keruntuhan yang daktail.

Pada tabel 1 dapat dilihat rencana campuran untuk berbagai tipe UHPC yang dikembangkan Prof. Schmidt. Kuat tekan silinder tipe M1 mencapai 150 MPa dengan pemanasan 90o C selama dua hari, sedangkan kuat tekan silinder tipe M1Q dan tipe M2Q dapat mencapai 200 MPa. Saat ini campuran tipe M2Q disepakati untuk dipakai diseluruh jaringan pusat penelitian UHPC di Jerman untuk pembuatan benda benda uji.


Tabel 1: Referensi Mix Design untuk UHPC [1]

UHPC

Einheit

M 1

M 1Q

M 2Q

Zement

kg/m3

900

733

832

Quarzsand 0,125/0,50 mm

kg/m3

1016

1008

975

Basaltsand 0,125/0,50 mm

kg/m3

-

-

-

Basalt 2/8

kg/m3

-

-

-

Microsilica

kg/m3

225

230

135

Stahlfasern 2,5 Vol.-%

kg/m3

192

192

192

Quarz I

kg/m3

-

183

207

Quarz II

kg/m3

-

-

-

Vol.-% Feinststoff <0,125>

l/m3

387

405

403

Flieβmittel

kg/m3

28,2

28,6

29,4

Wasser

l/m3

185

161

166

Wasser- (w/z)

(0,23)

(0,24)

(0,22)

Feststoff-Verh. w/b1)

-

0,18

0,19

0,19

Vol.-% Wasser und Feinststsoff <0,125>

l/m3

600

595

598

Ausbreitmaβ

cm

55

55

65

Zyl. Druckfestigkeit 28d in Wasser 20oC

N/mm2

-

148-152

(150)2

(163)3

-

Zyl. Druckfestigkeit nach 90oC Wärmebehandlung (2Tage), Alter = 28d

N/mm2

152-158 (155)2

184-206

(195)2

182-203 (189)2

2.2 Bahan Campuran UHPC

a) Semen

Dari penelitian didapat bahwa semen terbaik untuk UHPC adalah semen PC yang mempunyai kandungan C3A (Tricalcium aluminate) paling sedikit. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan terjadi pembentukan kristal CSH orde kedua. Tabel 2 adalah kandungan yang terdapat pada semen sesuai dengan klasifikasi pada DIN EN 197-1, dimana semen jenis CEM I 52, 5 R HS/NA mempunyai kandungan C3A yang paling minimum, adalah semen yang paling baik untuk digunakan pembuatan UHPC.


Tabel 2. Klasifikasi semen dan kandungannya sesuai DIN EN 197-1

CEM I 52,5 R HS/NA

CEM I 42,5 R1)

CEM I 42,5 R HS1)

C3S (M.-%)

61,0

58,0

62,0

C2S (M.-%)

15,1

15,0

13,0

C3A (M.-%)

1,5

12,0

0

C4(AF) (M.-%)

17,0

7,0

19,0

b) Bahan tambahan

Untuk melakukan optimasi kepadatan maka digunakan mikrosilica dan tepung Quartz dengan usuran butiran yang berbeda. Untuk mendapatkan penyebaran ukuran butiran tidak dapat diperoleh dengan menggunakan saringan konvensional, tetapi untuk itu digunakan alat ukur grain meter antara lain: Coulter Counter, laser grain meter.

c) Agregat

Seperti halnya beton normal, UHPC dapat pula direncanakan untuk berbagai variasi penggunaan agregat. UHPC saat ini dikembangkan hanya menggunakan agregat halus yaitu pasir ukuran 0.125 – 0.5 mm [DIN 4226 - 1] dengan analisa saringan seperti pada gambar 2.

Gambar 2 : Superplastizer

Tipical Sieve analysis untuk pasir halus yang digunakan pada campuran UHPC

d) Superplastizer

UHPC mengandung antara 350 sampai 400 l/m3 campuran butiran sangat halus ≤0.125 mm, yang menjadikan kandungan airnya ekstrim sedikit, yaitu rasio air semen antara 0.2 sampai 0.25. Oleh sebab itu diperlukan superplastisizer, agar beton segar UHPC dapat dikerjakan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka superplastisizer berbasis Polycarboxyltatehter (PCE) yang akan memberikan tingkat workability yang terbaik.

e) Serat Baja

Serat baja digunakan terutama untuk meningkatkan daktilitas dari beton. Tanpa serat baja, sifat keruntuhan UHPC akan sangat getas , karena energi yang terkumpul sebelum keruntuhan sangat besar, dan dalam waktu seketika akan terlepas sebagai ledakan pada saat UHPC mengalami keruntuhan. Serat baja yang digunakan berdiameter 0.15 sampai 0.20 mm dengan panjang 40 sampai 60 mm. Penggunaan serat baja dengan panjang 60 mm menunjukkan tingkat daktilitas yang lebih baik. Serat baja yang digunakan mempunyai mutu yang sangat tinggi, dengan fy = 1500 MPa.Dengan memperhatikan orientasi serat pada saat pengecoran, penggunaan serat baja akan pula meningkatkan kuat tarik lentur UHPC sampai mencapai 25 MPa.


2.3 Packing Density

Gambar 3 : Prinsip pengisian pori-pori pada material UHPC

Packing density adalah istilah yang digunakan pada rencana campuran UHPC agar diperoleh campuran dengan kepadatan yang maksimum, yaitu dengan meminimalkan rongga kosong antara butiran / partikel. Oleh sebab itu terjadi hubungan yang erat antara gradasi ukuran partikel bahan campuran dan packing density. Untuk penyerdehanaan menurunkan persamaan matematisnya, maka diasumsikan bahwa semua partikel berbentuk bulat. Dari hasil penelitian Resche (R2) diusulkan bahwa efek pengisian rongga kosong akan optimal bila kita menggunakan partikel-partikel halus dan partikel kasar yang memenuhi perbandingan diantara keduanya sebagai maksimal 0,315.

Gambar 4.

Grafik ukuran dari partikel campuran terhadap prosentasi volume (Vol.%) untuk campuran yang optimal (-----) dan campuran yang sub optimal (-----)

Sebagai contoh gambar 4 menunjukkan campuran yang optimal dari 2 bahan campuran yang terdiri dari bahan dasar dengan diameter rata-rata partikel 47 μm dan bahan pengisinya dengan diameter rata rata 3,0 m. Bila hanya terdiri dari bahan campura satu macam maka hanya akan diperoleh tingkat sub optimal.

2.4 Standar Desain UHPC sebagai Bahan Struktur


UHPC sampai saat ini belum digunakan secara umum sebagai bahan struktur. Tetapi, diberbagai negara maju UHPC telah diterapkan sebagai material struktur untuk berbagai bangunan, terbanyak untuk struktur jembatan, walaupun untuk proyek ini masih dalam tahapan penelitian, yang pembangunannya diawasi sangat ketat.

Untuk penggunaan UHPC ini, dapat dijumpai pada berbagai sumber yang telah diterbitkan, menyangkut berbagai aspek UHPC, seperti AFGC dan Setra di Perancis, JSCE (2004) di Jepang dan DafStb 561 (2007) di Jerman. Tentu saja salah satu sifat fisik yang terpenting pada UHPC adalah kuat tekannya yang bisa mencapai sekuat baja sebesar 200-250 Mpa. Dari berbagai penelitian , secara umum disepakati UHPC perlu ditambahkan serat baja mutu tinggi sebesar 2 – 2,5 % Volume, agar diperoleh sifat keruntuhan yang daktail. Hubungan tegangan regangan UHPC tersebut adalah hampir linear sampai mencapai tegangan maksimumnya, dengan Young Modulus 55 Gpa. Dengan penambahan serat baja, maka hubungan tegangan regangan akan mempunyai grafik menurun setelah UHPC mencapai kuat maksimum sebelum dia runtuh, menandakan terjadinya deformasi sebelum keruntuhan.

Gambar 5 : Grafik hubungan regangan dan tegangan UHPC tanpa serat baja

Gambar 6 : Grafik hubungan regangan dan tegangan UHPC berserat baja

Beberapa sifat fisik lainnya adalah :

a) Kuat tarik terletak antara 12 Mpa sampai 17 Mpa

b) Kuat Tarik lentur antara 35 Mpa sampai 40 Mpa.

c) Selain mempunyai kekuatan tinggi, UHPC sebagai material tanpa pori-pori kapiler akan memberikan kinerja yang jauh lebih baik daripada beton konvensional. Tingginya packing density menyebabkan UHPC mengalami proses karbonisasi yang minimal, daya tahan terhadap abrasi zat-zat kimia berbahaya sangat baik, memberi perlindungan terhadap korosi tulangan di dalam kontruksi juga lebih baik. Berbagai keunggulan tersebut diataslah yang menyebabkan para peneliti lebih suka menggunakan istilah Ultra High Performance daripada istilah Ultra High Strength.

2.5 Tantangan Pengembangan UHPC di Indonesia

Seperti halnya di berbagai negara maju, UHPC masih terus diteliti agar pada saat nya dapat digunakan secara umum untuk berbagai struktur. Berbagai penelitian dasar seperti kuat lentur, kuat geser , daktilitas, confinement dll masih perlu dilanjutkan, agar UHPC dapat segera dicantumkan dalam standard peraturan desain ( design code). Sedangkan di Indonesia, pertama tama kita harus mengembangkan rencana campuran yang menggunakan bahan-bahan lokal yang ada. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah antara lain tersedianya semen yang kandungan C3A nya rendah, industri yang dapat menghasilkan tepung Quarz, peralatan untuk mengukur gradasi partikel berukuran nano meter. Dengan tersedianya rencana campuran UHPC berbahan lokal, maka pembuatan benda uji untuk penelitian selanjutnya dapat dibuat oleh masing-masing peneliti.


Sumber :

http://wiryanto.files.wordpress.com/2009/08/6-harianto-hardjasaputra-mak.pdf

http://www.untarconstruction.com/artikel%20perancangan%20konstruksi/beton%20mutu%20tinggi.html

http://download.contec-aps.com/uploads/tx_mpdownloadcenter/pp_fp_2005_003_eng_01.pdf

http://www.takenaka.co.jp/takenaka_e/news_e/pr0507/m0507_01.html



6 komentar:

Putu Sukma Kurniawan mengatakan...

Bagus artikelnya. Masih bingung nih dengan admixture yang dipakai buat UHPC.Pakainya jenis apa? Superplastizernya jenis apa? Kalau untuk nguji UHPC sama gak metodenya seperti kalau nguji beton konvensional biasa? Thanl's atas penjelasannya. Salam kenal

Unknown mengatakan...

UHPC mengandung antara 350 sampai 400 l/m3 campuran butiran sangat halus ≤0.125 mm, yang menjadikan kandungan airnya ekstrim sedikit, yaitu rasio air semen antara 0.2 sampai 0.25. Oleh sebab itu diperlukan superplastisizer, agar beton segar UHPC dapat dikerjakan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka superplastisizer berbasis Polycarboxyltatehter (PCE) yang akan memberikan tingkat workability yang terbaik.

Untuk nguji kuat tekannya masih sama kya yg konvesional, kuat tekannya bisa
mencapai sekuat baja sebesar 200-250 Mpa

Anonim mengatakan...

Dear ,

Saat ini saya sedang memasarkan serat sintetik yang berfungsi dalam konstruksi ,kegunaannya i.e
- Meningkatkan tensile strength
- Carck and micro crack prevention during green phase ( prevent plastic shrinkage)
Applikasi untuk run way, tol way, concrete , mortal. plaster etc.
Dapat juga di gunakan dengan campuran asphal sehingga pengikatan akan jauh lebih kuat baik untuk bikin jalan baru atau menutup atau perbaikan jalan.
Bisa menghubungi saya di frangww@yahoo.com
Terima kasih
Frangky
frangww@yahoo.com

Iqbal barra mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Iqbal barra mengatakan...

Paten ya bro hehe. kunjungi blog ane juga yoo
www.iqcorporation.blogspot.com
www.civilcomm.blogspot.com
sipil jaya!

Unknown mengatakan...

Ada SNI pembuatan beton UHPC?

Posting Komentar

Daftar Pengunjung