Statistik

Sonora Radio



Kamis, 19 Agustus 2010

Kemacetan di Kota Depok

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dunia saat ini yang telah memasuki era globalisasi, maka aktifitas manusia disegala bidang juga semakin meningkat. Meningkatnya aktifitas manusia tersebut harus didukung oleh fasilitas pendukung yang dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas secara maksimal. Salah satu fasilitas pendukung aktifitas manusia tersebut adalah sarana transportasi. Dan seiring perkembangan tersebut, maka sarana transportasi pun dituntut untuk semakin berkembang baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya agar dapat menunjang semua aktifitas manusia yang menggunakannya. Namun perkembangan tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, salah satu dampak tersebut adalah semakin meningkatnya kemacetan lalu lintas.
Mengingat kota Depok merupakan kota yang terletak di sebelah selatan kota DKI Jakarta, maka secara tidak langsung kota Depok berfungsi sebagai kota penyangga kehidupan dan kegiatan ekonomi dari kota Jakarta atau yang biasa disebut daerah sub-urban. Oleh karena itu, banyak pula orang yang memilih untuk tinggal di daerah sub-urban ini.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk di kota Depok, maka kebutuhan hidup yang diperlukan akan meningkat juga. Sehingga bila ada sistem yang salah dalam pemenuhannya, akan berdampak pada sistem lainnya. Salah satunya dalam hal sistem transportasi, yang bisa meningkatkan kemacetan lalu lintas dari kota Depok itu sendiri.

I.2. Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
a. Bagaimana keadaan lalu lintas kota Depok ?
b. Apa penyebab-penyebab kemacetan di kota Depok ?
c. Apa kerugian yang ditimbulkan oleh kemacetan di kota Depok ?
d. Apa solusi pemerintah dalam mengurangi kemacetan di kota Depok ?
e. Apa solusi lain untuk mengurangi kemacetan di kota Depok ?


I.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
a. Mengetahui keadaan lalu lintas kota Depok.
b. Mengetahui penyebab-penyebab kemacetan di kota Depok.
c. Mengetahui kerugian yang ditimbulkan oleh kemacetan di kota Depok.
d. Mengetahui solusi pemerintah dalam mengurangi kemacetan di kota Depok.
e. Mengetahui solusi lain untuk mengurangi kemacetan di kota Depok.

I.4. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode browsing pada internet.



BAB III
PEMBAHASAN

III.1. Keadaan Lalu Lintas Kota Depok
Perkembangan kota Depok sekarang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan Jakarta, di mana Depok telah menjadi salah satu kota penyangga di samping Bogor, Tangerang dan Bekasi. Memang ada pola tersendiri dari Depok, semenjak tahun 1990-an Depok berkembang pesat dengan penambahan penduduk yang mencolok. Terutama dengan hadirnya beberapa universitas seperti Universitas Indonesia, Universitas Gunadarma, dan perguruan tinggi lainnya. Sementara perkembangan ekonomi lain seperti perdagangan turut mengikuti perkembangan kemajuan Depok menuju kota mandiri.
Dengan perkembangan-perkembangannya ini, maka wajar kalau keadaan lalu lintas di kota Depok menjadi semakin ruwet. Apalagi ditambah dengan kurangnya prasarana, tata ruang, dan kesadaran dari para pengguna jalan. Maka pemerintah akan semakin sulit dalam menangani masalah transportasi di kota Depok ini.

III.2. Penyebab – Penyebab Kemacetan di Kota Depok
Ada banyak hal yang menyebabkan kemacetan di wilayah kota Depok, terutama pada jalan Margonda Raya. Penyebab-penyebab tersebut yaitu :
a) Pertambahan jumlah penduduk yang tidak dapat diimbangi dengan pengoptimalan prasarana dalam pemenuhan kebutuhannya. Jumlah penduduk kota Depok pada tahun 2005 sudah mencapai 1.374.522 jiwa. Sedangkan luas wilayah hanya 200,29 km2, maka dapat kita tentukan bahwa kepadatan penduduk kota Depok adalah 6.863 jiwa/km2 (tabel 1). Tingkat kepadatan penduduk ini sudah dapat digolongkan pada kategori padat, apalagi jika dikaitkan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. Pada tahun 1999 jumlah penduduk kota Depok masih dibawah 1 juta jiwa dan dalam kurun waktu 5 tahun (2000 – 2005) penduduk kota Depok sudah berjumlah 1.374.522 jiwa atau mengalami peningkatan sebesar 447.993 jiwa. Sehingga perkembangan rata-rata penduduk kota Depok adalah 4,23 % per tahun. Bila pertambahan penduduk ini tidak diimbangi dengan pengoptimalan prasarana (jalan) yang baik, maka daerah di sekitar depok , terutama Margonda bisa saja mengalami macet berkepanjangan seperti yang kini kita rasakan.
b) Pertambahan jumlah kendaraan, baik yang dimiliki oleh penduduk kota Depok atau pun yang melintas di kota Depok. Dari tabel 2 kita dapat melihat jumlah kendaraan bermotor yang dimiliki oleh penduduk kota Depok adalah sekitar 12.514 buah, yang didominasi oleh sepeda motor dengan jumlah 10.451 buah. Ini menunjukkan bahwa sudah banyak penduduk kota Depok yang lebih memilih menggunakan sepeda motor sebagai kendaraannya dalam mencapai lokasi yang diinginkan. Dengan bertambahnya jumlah kendaraan yang digunakan berarti kapasitas jalanpun menjadi lebih kecil, dan dampak kemacetan akan semakin terasa.
c) Pertambahan armada angkot yang tidak terkendali. Saat ini jumlah angkot dalam kota Depok yang sudah terdata ada sekitar 2.871 buah angkot (tabel 3). Jumlah ini sudah termasuk terlalu banyak bagi kota yang memiliki luas 200,29 km2. Terbukti dari jumlah penumpang yang di angkut, ada banyak angkot yang hanya mengangkut satu dua penumpang saja dalam operasinya. Hal ini sangatlah tidak efektif, karena selain pemborosan dalam hal energi (bensin), juga berpengaruh pada kapasitas jalan yang semakin kecil.
d) Kurangnya sarana penyeberangan. Contohnya adalah jembatan penyeberangan. Hingga saat ini di kota Depok hanya terdapat dua jembatan penyeberangan, yakni yang terdapat di depan Detos – Margo dan di depan Plaza Depok – Terminal Depok. Jumlah jembatan ini tidak sebanding dengan mall - mall dan jumlah universitas – universitas yang menjamur di wilayah Depok, misalnya saja di Depok Town Square atau Margo City , di depan ITC Depok, Mall Depok, Universitas Gunadarma dan lain sebagainya. Sehingga mereka para pejalan kaki, tidak ada pilihan lain kecuali harus melintas di ruas jalan Margonda Raya
e) Kurangnya kesadaran pengendara dalam menanggapi peraturan lalu lintas. Peraturan lalu lintas diciptakan bukanlah untuk dilanggar, melainkan untuk mengatur aktivitas lalu lintas agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hingga saat ini masih terdapat banyak pengguna jalan yang melanggar peraturan lalu lintas ini. Pelanggaran biasa dilakukan oleh para pengendara yang menggunakan moda sepeda motor, mobil pribadi, dan yang tidak asing lagi yaitu angkot. Biasanya pelanggaran ini dilakukan karena adanya keterbatasan waktu dan faktor ekonomi. Misalnya pada angkot, masih saja ada beberapa supir angkot yang mengendarai angkotnya secara zig-zag dengan kecepatan tinggi hingga melewati marka jalan. Padahal, dipundaknya bersandar nasib puluhan penumpang, bahkan bisa jadi puluhan nyawa pengguna jalan yang lain. Dalam keadaan ini kesadaran akan keselamatan sesama pengguna jalan seperti tergadaikan oleh kepentingan materialisme sesaat. Ketidaktertiban yang berujung kecelakaan nantinya akan menimbulkan suatu dampak yang besar pada arus lalu lintas. Mulai dari rusaknya prasarana yang tersedia sehingga dapat menimbulkan kemacetan dan bahkan hingga hilangnya nyawa.
f) Kurangnya sistem drainase di setiap sisi jalan. Sistem drainase yang tidak baik akan menyebabkan banjir dan menghalangi laju kendaraan. Sehingga kemungkinan terjadinya kemacetan akan semakin besar.
g) Terlalu banyaknya kemudahan yang diberikan dalam pembelian/pengkreditan kendaraan bermotor. Berbagai promosi dan tawaran-tawaran lainnya serta kemudahan dalam pengkreditan kendaraan bermotor akan memancing banyak masyarakat untuk lebih tertarik memiliki kendaraan pribadi. Berarti dengan menambahnya jumlah kendaraan pribadi yang digunakan, maka kapasitas jalan yang ada akan semakin kecil.

III.3. Kerugian yang Ditimbulkan oleh Kemacetan di Kota Depok
Suatu perkembangan sudah pasti tidak akan lepas dari dampak negatif yang akan ditimbulkan. Dalam perkembangan kota Depok sebagai daerah sub-urban, kemacetan yang terjadi ternyata telah menimbulkan kerugian sebesar Rp 10 milyar per tahun. Itu terjadi karena persentase jalan di Depok baru mencapai tiga persen dari total area kota Depok. Sehingga terjadi konsentrasi kemacetan di jalan Margonda. Saat ini total panjang jalan di Depok sekitar 503 kilometer. Tapi jumlah itu belum termasuk jalan lingkungan. Idealnya persentase luas jalan dari suatu kota adalah dua puluh persen dari total luas wilayah sebuah kota.
Berdasarkan pernyataan di atas berarti jalan Margonda memang seharusnya dilebarkan, tapi tanggung jawab pelebaran jalan itu menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sebab jalan Margonda merupakan jalan provinsi.


III.4. Solusi Pemerintah dalam Mengurangi Kemacetan di Kota Depok
Dalam rangka mengurangi tingkat kemacetan di kota Depok, pemerintah telah memberikan beberapa solusi, yaitu :
a) Dibuatnya jalan tembus dari Jalan Margonda Raya ke Jalan Raya Bogor, yaitu Jalan Ir. H. Juanda. Solusi ini sangat efektif untuk mengatasi kemacetan di jalan Siliwangi dan Tole Iskandar sebagai penghubung kawasan Depok Timur ke jalan utama Margonda Raya atau kawasan Depok Barat.
b) Dibangunnya jalan layang Arif Rahman Hakim (ARH) yang menghubungkan Jalan Margonda Raya dengan Jalan Nusantara. Pembangunan jalan layang (fly over) ini dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan yang disebabkan oleh adanya kereta api yang melintas dan adanya pasar. Selain itu, diharapkan juga bisa mengurangi tingkat kecelakaan yang terjadi di di sekitar jalan Arif Rahman Hakim.

c) Pemberlakuan jalur khusus Angkot (angkot way). Jalur khusus ini diterapkan di Jalan Margonda Raya. Angkot yang melintas ke arah persimpangan Depok dan Depok Timur serta Citayam harus masuk jalur khusus ini. Jalur ini dibatasi oleh separator atau pembatas jalan yang menandakan lokasi jalur khusus tersebut. Namun dalam penerapannya sistem ini masih banyak dikeluhkan oleh para supir angkot, ini karena selain sulit mengangkut penumpang, pemasukan juga menjadi turun sehingga sulit mengejar setoran. Bukannya mengurangi kemacetan, jalur ini justru menimbulkan kemacetan karena banyak angkot yang ngetem untuk mengejar setoran, apalagi dalam praktiknya ternyata tidak hanya angkot yang melintas. Mobil pribadi bahkan sepeda motor pun nekat melintas, hingga tidak sedikit pengemudi sepeda motor yang akhirnya ditilang karena melanggar jalur khusus tersebut.

d) Pemberlakuan sistem buka tutup jalan (greenway). Sistem yang dinamakan greenway arus balik ini bertujuan untuk memperlancar arus lalu lintas dari arah Jakarta menuju Depok pada saat jam pulang kerja. Waktu pelaksanaan dimulai sejak pukul 17.30 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Sistem buka tutup ini difokuskan pada sejumlah titik putaran kendaraan dan penyeberangan dari arah Depok. Dan lokasi putaran di sepanjang jalan Margonda akan ditutup oleh petugas dalam interval 10 menit untuk memberikan kesempatan kendaraan dari arah Jakarta untuk melintas.Sistem ini hanya diberlakukan pada hari Senin hingga Jum'at saja. Dalam prakteknya, sistem ini memang mengurangi kemacetan di wilayah depok (Margonda). Tapi kemacetan yang biasa terjadi di Depok kini justru berimbas ke daerah jalan sebelum masuk Depok.

e) Melakukan pelebaran Jalan Margonda Raya. Kini pelebaran ini sudah memasuki tahap ketiga. Tahap pertama dilakukan pada tahun 2007, tahap kedua pada tahun 2008, dan tahap ketiga pada tahun 2009. Sehingga diharapkan pelebaran ini akan menjadikan Jalan Margonda lebih tertata dan lebih mampu menampung luapan arus kendaraan yang terus bertambah padat.


f) Rencana pembangunan 10 titik celukan (tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang angkot) di sepanjang Jalan Raya Sawangan. Celukan itu akan dibangun di lokasi yang dinilai rentan akan kemacetan. Di antaranya, di depan Sekolah Cakra Buana dan di depan Puskesmas Sawangan. Rencana pembangunan celukan ini dicetuskan karena salah satu kemacetan yang terjadi di Jalan Raya Sawangan disebabkan oleh angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang di badan jalan.

Sebenarnya peran Pemda Depok dalam mengatasi masalah transportasi dan urbanisasi sudah cukup tanggap. Hanya saja usaha-usaha Pemda ini perlu diiringi dengan sikap proaktif dari semua pihak, termasuk masyarakat secara keseluruhan. Karena sesungguhnya pemerintah itu hanya fasilitator. Sehingga harus ada kesadaran dari masyarakat bahwa persoalan kota itu seharusnya menjadi bagian integral dari persoalan dirinya.

III.5. Solusi Lain untuk Mengurangi Kemacetan di Kota Depok
Kemacetan memang hal yang sulit diatasi dalam jangka waktu pendek, apalagi bila berhubungan dengan perkembangan suatu kota. Tidak mudah bagi pemerintah untuk memilih kebijakan yang tepat dalam menangani kasus ini, belum lagi ditambah dengan banyaknya pengendara yang melakukan pelanggaran-pelanggaran.
Berdasarkan pengamatan saya selama ini sebagai pengguna jalan, saya juga ingin memberikan beberapa solusi dalam mengatasi kemacetan ini, yaitu :
a) Jumlah angkutan umum dibatasi pada satu trayek yang melebihi kuota/jumlah dari angkutan tersebut. Jika terdapat trayek yang sudah melebihi kuotanya, maka sebaiknya kelebihan trayek tersebut diallihkan ke trayek lain yang membutuhkan. Sehingga akan mengatasi masalah kemacetan dan realisasi angkutan umum akan tetap stabil, sesuai dengan yang telihat pada tabel 5.
b) Mobil pribadi diisi minimal 3 orang. Sistem ini sebaiknya tidak hanya diberlakukan pada jalan 3 in 1, melainkan juga di jalan-jalan umum. Dengan berkurangnya jumlah pengemudi maka kapasitas jalan akan semakin bertambah dan kemacetan dapat dihindari.
c) Membuat waktu-waktu efektif. Misalnya : jam masuk sekolah dan jam masuk kantor harus dibedakan, jam kantor swasta dan negeri juga harus dibedakan. Hal ini sangat berguna untuk mengatur volume kendaraan yang akan melalui ruas jalan, terutama pada Jalan Margonda Raya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan Derajat Kejenuhan dari suatu jalan. Seperti yang terlihat pada tabel 6 dan tabel 7.
d) Menambah sarana penyeberangan, seperti jembatan penyeberangan. Terutama untuk daerah-daerah yang sering dilalui oleh para penyeberang. Misalnya : di depan Universitas Gunadarma.
e) Membuat peraturan Plat ganjil dan genap. Jadi, setiap hari atau hitungan minggu, kendaraan dengan plat nomor akhir genap atau ganjil bisa saling bergantian untuk melewati jalan-jalan di kota besar. Kalau misalkan pada saat hari plat genap, tapi ada kendaraan plat ganjil yangmasih berkeliaran, langkah yang harus dilakukan oleh para polisi lalu lintas adalah : bulan pertama bisa diberi penjelasan terlebih dahulu, bulan kedua mobil ditinggal ditempat hingga menjelang malam baru diambil, dan bisa juga ditilang kalau penetapan peraturan sudah berjalan lebih dari enam bulan.
f) Memperbaiki tata ruang di kota Depok. Tata ruang juga penting dalam mengatasi kemacetan, karena dapat mempengaruhi laju dan kapasitas jalan itu sendiri.
Keenam hal diatas memang sulit untuk dipenuhi. Tapi jika bisa diterapkan maka jalan-jalan pasti bisa kita lewati dengan tenang dan cepat. Dalam penerapannya juga membutuhkan kerja sama antara petugas yang berwenang dengan pengguna jalan, karena peraturan-peraturan seperti ini sudah pasti akan ada banyak yang melanggar (pada bulan awal). Dan para petugas juga harus tetap kita awasi agar tidak memanfaatkan kesalahan pengendara untuk memperoleh penghasilan tambahan.
Jadi, dengan adanya kesadaran bersama, kemacetan di kota Depok ini mugkin saja suatu hari akan dapat terkendali.

BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Dari keseluruhan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
a) Perkembangan kota Depok sekarang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan kota Jakarta, di mana Depok telah menjadi salah satu kota penyangga di samping Bogor, Tangerang dan Bekasi.
b) Ada beberapa hal yang menyebabkan kemacetan di Kota Depok, yaitu :
i. Pertambahan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan pengoptimalan prasarana dalam pemenuhan kebutuhannya.
ii. Pertambahan jumlah kendaraan, baik yang dimiliki oleh penduduk kota Depok atau pun yang melintas di kota Depok.
iii. Pertambahan armada angkot yang tidak terkendali.
iv. Kurangnya sarana penyeberangan.
v. Kurangnya kesadaran pengendara dalam menanggapi peraturan lalu lintas.
vi. Kurangnya sistem drainase di setiap sisi jalan.
c) Kerugian akibat kemacetan yang terjadi di kota Depok jika dirupiahkan mencapai Rp 10 milyar per tahun.
d) Diantara banyaknya solusi pemerintah dalam menangani kemacetan di kota Depok, yang termasuk dalam kategori berhasil yaitu :
i. Dibuatnya jalan tembus dari Jalan Margonda Raya ke Jalan Raya Bogor.
ii. Dibangunnya jalan layang Arif Rahman Hakim (ARH) yang menghubungkan Jalan Margonda Raya dengan Jalan Nusantara.
iii. Pemberlakuan sistem buka tutup jalan (greenway).
iv. Melakukan pelebaran Jalan Margonda Raya.
Dan yang termasuk dalam kategori tidak berhasil adalah pembangunan jalur khusus angkot (angkot way), karena bukannya mengurangi kemacetan, sistem ini justru menambah kemacetan jalan di Margonda. Kemacetan yang terjadi diakibatkan karena semakin berkurangnya kapasitas jalan akibat adanya angkot way.
e) Usaha-usaha Pemda ini perlu diiringi dengan sikap proaktif dari semua pihak, termasuk masyarakat secara keseluruhan.
f) Solusi lain yang dapat digunakan untuk mengatasi kemacetan di kota Depok yaitu :
i. Jumlah angkutan umum dibatasi pada satu trayek yang melebihi kuota/jumlah dari angkutan tersebut.
ii. Mobil pribadi diisi minimal 3 orang.
iii. Membuat waktu-waktu efektif.
iv. Menambah sarana penyeberangan, seperti jembatan penyeberangan.
v. Membuat peraturan Plat ganjil dan genap.
vi. Memperbaiki tata ruang di kota Depok.

IV.2. Saran
Saran untuk mengatasi kemacetan di kota Depok yaitu :
a) Kita sebagai pengguna jalan di kota Depok (Margonda) harus ikut berpartisipasi dalam kebijakan yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah Depok.
b) Ikut memberikan pendapat dan masukan kepada Pemda Depok mengenai solusi-solusi untuk mengatasi kemacetan di ruas jalan Depok.
c) Berusaha untuk melaksanakan ,mempublikasikan dan menerapkan kebijakan yang ditentukan Pemda dalam kehidupan berlalu lintas.


DAFTAR PUSTAKA

http://bataviase.co.id/
http://berita.liputan6.com/
http://forum.depok.go.id/
http://goslink.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/
http://kotadepok.net/
http://margonda.com/
http://shinmuhammad.wordpress.com/
http://sofianasgart.blogspot.com/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/
http://www.depok.go.id/
http://www.honda-tiger.or.id/
http://www.indonesia.go.id/
http://www.lantas.metro.polri.go.id/
http://www.mediaindonesia.com/
http://www.poskota.co.id/

7 komentar:

Unknown mengatakan...

Welcome semuaaaaaaaa

Drafter Sip mengatakan...

kok kalo mau komentar disini dibatesin ya waktunya??

kalo komentar nya panjang, langsung "kick out"..aneh yak??

Anonim mengatakan...

You will find no a lot easier solution to burn off excess fat than to
implement elastic workout bands.

Feel free to visit my webpage; Top

Anonim mengatakan...

The utmost velocity in the treadmill is 4mph which is perfect for lower impression
training.

Also visit my webpage ... www.getfitnstrong.com/adjustable-dumbbells/

Anonim mengatakan...

A treadmill or stationary bike is a fantastic choice, depending upon that which you like to carry
out.

Also visit my weblog Report abuse

Anonim mengatakan...

It should appear as no surprise that exercise
is really a wise decision - for your entire body and
also the head.

Here is my homepage dumbbells for sale

Anonim mengatakan...

minta tolong, itu untuk kata "celukan" dalam bahasa inggris nya apa yah? soal nya judul skripsi ku ada celukan juga, tapi untuk abstrak dalam bahasa inggris nya aku bingung apa "celukan" itu ...

Posting Komentar

Daftar Pengunjung